Sunday, March 6, 2011

Bukit Jalil Penuh Sesak

 
DALAM permainan sepak bola, segala kemungkinan bisa terjadi. Bisa saja tim yang kuat dan diunggulkan kalah, tim bertabur bintang ditahan imbang tim yang biasa saja.

Bahkan sering juga terjadi pemain atau penjaga gawang yang dikenal hebat pun melakukan kesalahan fatal. Blunder memang sering menjadi mimpi yang menakutkan bagi pemain bola. Karena sering kali, suporter sulit memaafkan peristiwa itu yang sebenarnya adalah kejadian manusiawi di luar kontrol logika.

Salah seorang pemain timnas yang masih menyesali kejadian di luar keinginannya itu adalah Maman Abdurahman saat bermain di Stadion Bukit Jalil Malaysia pada Piala AFF Suzuki 2010. Bermaksud mengambil bola yang seharusnya keluar lapangan dari kaki pemain lawan, upaya Maman tersebut justru memberikan peluang bagi Malaysia mencetak gol.

Maman yang di klubnya, Persib Bandung, berposisi sebagai bek tengah, mengaku masih menyesali perannya di Bukit Jalil yang mengakibatkan timnas 'Garuda' takluk (0-3) dari Malaysia. Perasaan bersalah itu, ia akui, terus menghantuinya khususnya seusai bertanding.

Apalagi kejadian itu berlangsung di saat jutaan pecinta bola dan masyarakat Indonesia pada umumnya sudah merindukan dapat meraih Piala AFF. "Hingga saat ini saya masih merasa berdosa, ketika saya melakukan blunder dan menghasilkan gol untuk timnas Malaysia. Mudah-mudahan itu kesalahan yang terakhir kali pada karier sepak bola saya," kata Maman.

Padahal, lanjutnya, saat dirinya ditunjuk dalam skuat tim 'Garuda', ada perasaan bangga yang membumbung karena obsesi bisa diraih.
"Waktu itu saya sangat ingin sekali menjadi pemain timnas dan ingin memberi yang terbaik." Nasi telah menjadi bubur, dan kini pelatih timnas Alfred Reidl tidak memanggil Maman dalam timnas.

Sebagai seorang pemain yang sudah banyak makan asam garam, ia mengatakan bahwa apa pun yang diputuskan Reidl dipastikan baik bagi timnas. "Saya selalu taat kepada pelatih. Saya akan fokus memperkuat Persib Bandung. Bagi saya 'Maung Bandung' (julukan Persib) merupakan rumah dan keluarga."

Rajin berlatih

Lelaki berperawakan jangkung (untuk ukuran Indonesia) itu terlihat segar ketika ditemui Media Indonesia seusai berlatih di Stadion Siliwangi, Jumat (11/2) pagi di Kota Bandung.

Bagi Maman, sebagai seorang pemain sepak bola profesional, berlatih merupakan makanan hariannya untuk tetap menjaga stamina.

"Tak hanya untuk menghadapi pertandingan. Tidak melakukan latihan seperti punya utang," ujar Maman sambil membuka kaus berlogo Persib yang sudah dipenuhi keringat.

Untuk itu ayah dua anak ini menyatakan soal staminanya yang selalu fit dan tidak perlu dikhawatirkan. "Saya selalu siap bertanding kapan pun dan di mana pun," katanya penuh optimisme.

Kesiapan Maman dalam segi fisik ini memang ia pelihara sejak menapak merumput sebagai pemain profesional. Tidak mengherankan jika pada 2006, suami Sulfiani Agustina itu pernah meraih predikat sebagai pemain terbaik. Pun, namanya masuk timnas asuhan Peter Withe pada Piala AFF. "Saya tidak mempersoalkan jika dijadikan pemain cadangan. Yang penting saya bisa terus berkiprah dan berjuang."

Kiprah Maman bermain sepak bola bermula pada 1995 saat masih duduk di bangku SMP. Ketika itu, pria yang punya hobi main biliar itu masuk sekolah sepak bola PAM Jakarta Timur.

Meski terbilang telat, karena teman-temannya ada yang sudah berkiprah di bawah usia 10 tahun, Maman tetap optimistis menjadi pemain andal di kota kelahirannya, Jakarta. "Ketika masih di Persija Junior, saya ditunjuk pelatih sebagai gelandang. Namun, karena badan saya termasuk tinggi, akhirnya dipercaya pelatih sebagai pemain bertahan. Di situlah karier saya sebagai pemain posisi bertahan hingga saat sekarang," kisah Maman tersenyum simpul.

Memang secara teknik dan kualitas, Maman ideal sebagai seorang bek. Selain dikenal pintar dan berani memotong umpan-umpan lawan, Maman juga dinilai tangguh saat berduel. Ia juga tidak mengenal kompromi saat menjaga lawan. Ditunjang tubuh yang tinggi dan tegap, Maman juga jago dalam adu badan. Dia pun sigap dalam mengantisipasi bola-bola lambung.

Karena karakter dan dukungan fisiknya yang lengkap ini, Maman sempat dipinang dan bermain untuk klub PSIS Semarang, tepatnya pada 2005. Tiga tahun kemudian, Maman bergabung dengan Persib Bandung hingga saat ini.

"Di klub mana pun saya bermain, saya sangat menikmatinya. Kalau boleh terus terang, saya sangat nyaman bermain di Persib Bandung," aku Maman menutup pembicaraan.

0 comments:

Post a Comment